Assalammualaikum, Selamat datang di Kelas IPS. Disini Ibu Guru akan membahas tentang pelajaran Sejarah yaitu Tentang “Tari Tradisional Aceh“. Berikut dibawah ini penjelasannya:
Aceh, juga disebut Serambi Mekah, memiliki berbagai tarian tradisional yang unik dan indah. Faktanya, banyak dari mereka sudah menjadi komunitas Indonesia dan internasional yang terkenal.
Di antara tarian Aceh yang terkenal adalah Tari Saman. Tarian saman ini bahkan mendapat pengakuan dari masyarakat internasional melalui UNESCO yang menjadikan tarian tradisional Aceh ini sebagai warisan takbenda dari Indonesia.
Terlepas dari tarian saman ini, masih banyak tarian Aceh yang harus kita ketahui sebagai generasi muda Indonesia. Karena tarian adalah warisan budaya masyarakat Indonesia, terutama masyarakat Aceh.
Tari Tradisional Aceh
Berikut ini terdapat 18 tari tradisional aceh, yaitu sebagai berikut:
1. Tari Bines
Tarian Bines adalah tarian tradisional Aceh yang berasal dari kabupaten Gayo Lues. Tarian ini muncul dan berkembang di Aceh Tengah tetapi kemudian dibawa ke Aceh Timur.
Tarian tradisional Bines diperkenalkan oleh seorang sarjana bernama Syech Saman untuk berkhotbah. Tarian ini ditarikan oleh wanita dengan duduk berderet sambil menyanyikan puisi yang berisi propaganda atau informasi perkembangan. Para penari melakukan gerakan perlahan kemudian secara bertahap menjadi cepat dan akhirnya berhenti sekaligus secara bersamaan.
Tarian ini juga merupakan bagian dari Tarian Saman selama penampilannya. Hal yang menarik tentang tarian Bines adalah bahwa beberapa kali mereka diberi uang oleh orang-orang muda dari desa yang diundang dengan menaruhnya di atas kepala para wanita penari.
2. Tari Saman
Tarian Saman adalah warisan dan kekayaan budaya masyarakat Aceh yang telah mendapatkan pengakuan dunia melalui UNESCO sebagai Daftar Representatif Warisan Budaya Takbenda Warisan Manusia. Tarian Aceh ini dimainkan oleh puluhan atau lusinan pria, tetapi jumlahnya pasti aneh. Pendapat lain mengatakan bahwa tarian itu ditarikan oleh kurang dari 10 orang, dengan rincian 8 penari dan 2 orang memberikan sinyal saat bernyanyi.
Namun, dalam perkembangan di era modern yang mengharuskan tarian akan lebih hidup jika ditarikan oleh penari dengan jumlah yang lebih banyak. Untuk mengatur berbagai gerakannya seorang pemimpin disebut syekh. Selain mengatur gerakan para penari, syekh itu juga ditugasi menyanyikan puisi saman, yaitu ganit.
3. Tari Didong
Tarian Didong sebenarnya adalah seni rakyat Gayo yang merupakan perpaduan dari tarian Aceh, vokal, dan elemen tarian sastra.
Didong pertama kali diperkenalkan di era Reje Linge XIII. Awalnya didong digunakan sebagai sarana penyebaran Islam melalui media puitis.
Dalam perkembangannya, didong tidak hanya ditampilkan pada hari libur Islam, tetapi juga dalam upacara tradisional seperti pernikahan, sunat, membangun rumah, memanen, menyambut tamu dan sebagainya.
Sekelompok seni didong biasanya terdiri dari “ceh” dan anggota lain yang disebut “pemain”. Jumlahnya bisa mencapai 30 orang, terdiri dari 4-5 orang ceh dan sisanya penunung. Ceh adalah orang yang dituntut memiliki talenta lengkap dan kreativitas tinggi. Dia harus bisa membuat puisi dan bisa bernyanyi. Penguasaan lagu juga diperlukan karena satu lagu mungkin tidak cocok dengan karya sastra yang berbeda. Anggota kelompok Didong ini umumnya adalah pria dewasa. Namun, saat ini ada juga anggota wanita dewasa.
Selain itu, ada juga kelompok pemuda. Bahkan, ada juga kelompok remaja campuran (pria dan wanita). Dalam kelompok campuran ini, wanita biasanya dibatasi menjadi Céh. Peralatan yang digunakan pada awalnya adalah bantal (tepukan bantal) dan tangan (tepukan dari pemain). Namun, dalam perkembangan selanjutnya ada juga yang menggunakan seruling, harmonika, dan alat musik lainnya yang disisipkan dengan gerakan pengiring yang relatif sederhana, yaitu menggerakkan tubuh ke depan atau ke samping.
4. Tari Guel
Tarian Guel adalah tarian tradisional Aceh tepatnya oleh suku Gayo di Aceh. Guel artinya menelepon. Peneliti dan koreografer tari mengatakan bahwa tarian Aceh ini bukan hanya tarian. Ia adalah kombinasi seni sastra, seni musik dan tarian Aceh itu sendiri. Guel menjadi tarian tradisional, terutama dalam upacara tradisional tertentu. Guel sepenuhnya menghargai bentuk alami, kemudian lingkungannya diatur sedemikian rupa melalui gerak.
Tarian Guel dibagi menjadi empat bab standar. Terdiri dari babak Mu Natap, Babak Dep II, Babak III Ketibung, Babak Nangka Cacah IV. Berbagai gerak dasar atau gerak adalah Salam Semah (Munatap), Kepur Nunguk, Sining Lintah, Semer Canned (Sengker Kalang), Dah-Papan.
Sedangkan jumlah penari dalam perkembangannya terdiri dari kelompok pria dan wanita mulai dari 8-10 (wanita), 2-4 (pria). Penari pria dalam setiap penampilan selalu muncul sebagai simbol dan primadona, melambangkan keselamatan Baroe dan Guru Didong. Jumlah musisi biasanya minimal 4 orang yang mengalahkan canang, gong, gegedem, dan memong.
5. Tari Mesekat
Tarian mesekat adalah salah satu tarian tradisional dari komunitas aceh yang menggabungkan gerakan tangan dan tubuh dengan puisi yang berisi bimbingan agama dan kehidupan sosial. puisi-puisi tersebut dinyanyikan oleh penari sambil melakukan gerakan tarian. Mesekat biasanya dimainkan oleh pria yang totalnya minimal 18 orang.
Tarian Aceh pertama kali dikembangkan oleh Tengku Mbelin (Tengku Haji Hasan) Lawe Due, kemudian dikembangkan oleh muridnya Tengku Muhammad Nya’kub Pagan yang sekarang tinggal di Kute Melie.
6. Tarian Ula-Ula Lembing
Tarian Ula-Ula Lembing adalah tarian tradisional Aceh yang berasal dari Kabupaten Aceh Tamiang. Tarian ini ditarikan oleh 12 orang atau lebih yang mengelilingi panggung seperti ular. Tarian ini harus dibawakan dengan sentimen yang hidup dan ceria.
7. Tari Tarek Pukat
Tarian Tarek Pukat Aceh adalah tarian tradisional Aceh yang menggambarkan kehidupan nelayan di Provinsi Aceh. Sesuai namanya, tari tarek (pukat) pukat (alat pengangkat ikan) menggambarkan aktivitas nelayan yang menangkap ikan di laut. Tarian Aceh ini berasal dari Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh.
8. Tari Seudati
Tarian Seudati berkembang di Aceh saat pertama kali Islam memasuki Aceh. Tarian tradisional Aceh ini diperkenalkan oleh para penyebar Islam yang berasal dari Arab Saudi di Aceh, sehingga bahasa atau istilah yang digunakan dalam menyebarkan agama ditekankan pada istilah Arab. Syahadati dan shahada menjadi satu, dan saman menjadi meusaman (yang berarti delapan).
Pada masa kolonial, tarian Aceh pernah dilarang oleh pemerintah Belanda, karena tarian tradisional Aceh termasuk dalam kategori Tari Perang Kaum, di mana puisi selalu membangkitkan antusiasme pemuda Aceh untuk bangkit dan melawan kolonialisme.
Dalam penampilannya tarian seudati ini dipimpin oleh seorang syekh (pemimpin). Syekh itu dibantu oleh seorang wakil yang bernama Apet Shaykh. Tarian ini ditarikan oleh delapan penari dan dibantu oleh dua penyanyi sebagai pengiring tarian (Aneuk Syahi).
9. Tari Ratoh Duek
Tarian tradisional Aceh Ratoh Duek adalah tarian tradisional yang berasal dari provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Ratoh berasal dari bahasa Arab yang berarti Rateb / ratip yang berarti melakukan pujian dan doa kepada Allah SWT dan Nabi melalui puisi yang disamakan / dinyanyikan, Duek sedang duduk. Jadi Ratoh Duek adalah kegiatan seni yang berisi ibadah dan dilakukan duduk.
Dalam perkembangan dan penampilan tarian tradisional aceh Ratoh Duek, gerakannya hampir mirip dengan tarian saman, yang saat ini sangat populer di kalangan masyarakat, generasi muda dan pencipta seni di luar Aceh.
Seringkali orang secara keliru menyebut tarian duoh ratoh sebagai tarian saman. Meskipun kedua tarian Aceh ini berbeda.
10. Tari Rampai Geleng
Tarian Rampai Geleng adalah tarian tradisional yang berasal dari Aceh. Rampai adalah alat musik tradisional Aceh yang kita kenal dengan nama Rebana. Alat musik bunga rampai tradisional ini sangat beragam, salah satunya adalah Rampai Geleng. Penamaan Rampai pada alat musik pukul dari Aceh mengambil nama Sheikh Ripai yang merupakan penemu dan pengembang alat musik tradisional ini di Aceh.
Game Rapai Geleng juga mencakup gerakan tarian yang melambangkan keseragaman dalam hal kerja sama, kebersamaan, dan kepenuhan dalam masyarakat.
Salah satu terian Aceh mengekspresikan kedinamisan orang-orang dalam puisi (lagu) yang dinyanyikan, custum dan gerakan dasar unsur-unsur tari meuseukat.
Fungsi tarian aceh ini adalah simbol-simbol agama, menanamkan nilai-nilai moral dalam masyarakat, dan juga menjelaskan tentang bagaimana hidup dalam masyarakat sosial. Rapai geleng pertama kali dikembangkan pada tahun 1965 di Pantai Pesisir Selatan.
Jenis tarian ini diperuntukkan bagi pria. Biasanya ada 12 pria yang terlatih dalam tarian ini. Puisi yang disampaikan adalah sosialisasi kepada masyarakat tentang bagaimana hidup dalam masyarakat, agama dan solidaritas yang dijunjung tinggi.
Tarian Rapai Geleng terdiri dari 3 babak:
- Saleum (Salam)
- Cerita (cerita bagus tentang para rasul, nabi, raja, dan ajaran agama)
- Lani (penutup)
11. Tari Ranup Lampuan
Tarian Ranup Lampuan adalah tarian tradisional yang berasal dari Aceh. Ranup Lampu berasal dari bahasa Melayu yaitu dari kata Ranup dan Puan, Ranup berarti sirih sedangkan puan adalah tempat sirih. Di Aceh, Sirih adalah simbol rasa hormat dan persaudaraan bagi para tamu.
Tarian tradisional Ranup Lampu Aceh ditarikan oleh beberapa gadis Aceh untuk menyambut tamu resmi, menggunakan wanita yang berisi daun sirih untuk disajikan kepada para tamu. Para tamu yang disuguhi tarian lup dance biasanya adalah tamu yang jauh atau tamu pemerintah.
12. Tari Pho
Tarian Pho adalah tarian tradisional Aceh yang berasal dari kata Pho, peubae, peubae yang berarti berkabung atau berkabung. Pho adalah panggilan atau gelar penghormatan dari orang-orang hamba-Ku kepada Yang Mahakuasa, Po Teu Allah.
Tarian aceh ini dilakukan oleh wanita, biasanya dilakukan pada saat kematian pria dan raja besar, yang didasarkan pada permohonan kepada Yang Mahakuasa, memberikan hati yang sedih karena kemalangan atau ratapan melahirkan kesedihan disertai dengan ratapan disertai dengan ratapan . Sejak perkembangan Islam, tarian ini tidak lagi disorot pada saat kematian, dan telah menjadi seni rakyat yang sering dipertunjukkan di upacara-upacara tradisional.
13. Tari Laweut
Tarian Laweut adalah tarian tradisional Aceh yang berasal dari daerah Pidie. Kemudian tarian Laweut ini terus berkembang di seluruh Aceh.
Dance Laweut berasal dari kata Selawat, yang berupa sanjungan yang ditujukan kepada tuan Nabi Muhammad. Puisi-puisi yang mengiringi tarian ini memang lebih berdoa untuk nabi.
Sebelum tarian ini disebut tarian laweut, pertama kali disebut Akoon (Seudati Inong). Kemudian pada Pekan Budaya Aceh II (PKA II), nama tarian Laweut diputuskan.
14. Tari Likok Pulo
Tarian Likok Pulo adalah tarian tradisional yang berasal dari Aceh, Indonesia. Tarian ini awalnya digunakan sebagai media untuk pengembangan dakwah Islam di era kesultanan Aceh. Tarian yang dibawakan oleh sekelompok pria itu diciptakan oleh imigran Ulama dari Saudi yang menetap di desa Ulee Paya.
Dari segi tarian Likok Pulo berasal dari dua kata yaitu ‘Likok’ yang berarti ‘tarian bergerak’ dan ‘Pulo’ yang berarti ‘pulau’. Pulau yang dimaksud dalam istilah ini adalah pulau kecil yang terletak di ujung utara Pulau Sumatera yang sering disebut Pulau Beras (Breuh), tepatnya di Desa Ulee Paya, Kabupaten Peukan Bada, Kabupaten Aceh Besar. Pulau Beras Selatan terletak sekitar 30 mil dari pelabuhan Ulee Lheue.
15. Tari Meusago
Meusago di sini diartikan sebagai bersudut, bersudut dan ujung sehingga menyelesaikan masalah yang dihadapi dan penyembahan manusia dengan manusia, dengan berbagai kehidupan yang dijumpai dan penyembahan atau hubungan dengan Tuhan, gagasan tarian Aceh sebagai simbol gotong royong dan persaudaraan adalah bentuk persatuan, satu penggemar barang bermakna tetapi bersamaan digambarkan sebagai bermanfaat bagi kehidupan.
16. Tari Saman Meuseukat
Tarian ini berasal dari Aceh Selatan, dimainkan oleh 10-12 orang dan dibimbing oleh 2 penyanyi. Tarian ini adalah keturunan atau gerakan yang berakar pada Tari Saman, mulai dari gerakan lambat, kemudian menjadi dinamis cepat.
17. Tari Cangklak
Tarian Daerah Aceh berikutnya disebut Cangklak, tarian yang membawa gerakan yang energik, energik, lembut, dan mempesona.
Tarian ini dimainkan oleh beberapa wanita, lengkap dengan aksesoris wanita seperti sapu tangan dan kipas.
18. Tari Rapai Daboh
Dalam penampilannya, tarian ini menggabungkan unsur musik dan kekuatan tubuh. Ketika alat musik dimainkan, pemain akan mulai menggaruk dan membebaskan instrumen tajam ke tubuh mereka.
Uniknya, penari tidak akan merasakan sakit atau sakit hati, bahkan terkadang alat yang digunakan pun bengkok. Tarian ini diadakan di tengah-tengah banyak orang dan berbagai acara yang menyenangkan.
Meski tampak mistis dan sangat berbahaya, nyatanya tarian Rapai Daboh begitu populer di kalangan banyak orang, karena semua orang tahu bahwa mereka yang memainkannya benar-benar ahli, walaupun semua keputusan ada di tangan Allah SWT.
Demikian Penjelasan Pelajaran IPS-Sejarah Tentang 18 Tari Tradisional Aceh, Pengertian Beserta Gambarnya
Semoga Materi Pada Hari ini Bermanfaat Bagi Siswa-Siswi, Terima Kasih !!!
Baca Artikel Lainnya:
- Rumah Adat Aceh
- Perlawanan Aceh Terhadap Portugis
- Sejarah Perang Aceh dengan Belanda (1873-1904) Lengkap
- Kerajaan Aceh