Assalammualaikum, Selamat datang di Kelas IPS. Disini Ibu Guru akan membahas tentang pelajaran Sejarah yaitu Tentang “Kerajaan Pajajaran“. Berikut dibawah ini penjelasannya:
Kerajaan Pajajaran atau Kerajaan Sunda adalah Kerajaan Hindu di Parahyangan Sunda. Pakuan berasal dari kata Pakuwuan dan berarti kota. Pada saat itu, orang-orang Asia Tenggara terbiasa menunjuk kerajaan dengan nama ibu kota. Beberapa catatan menunjukkan bahwa Kerajaan Pajajaran dibangun oleh Sri Jayabhupati pada 923 sebagai prasasti papan berjalan Sanghyang [1030 M]. Bantarmuncang, tepi Sungai Citatih, Cibadak, Sukabumi juga dibangun di Kampung Pangcambat dan Kampung Pangcambat.
Peninggalan Kerajaan Pajajaran
Berikut ini terdapat beberapa peninggalan kerajaan pajajaran, yaitu sebagai berikut:
-
Prasasti Batu Tulis
Prasasti ini terletak di desa Batu Tulis di selatan Bogor kecamatan kota Bogor. Prasasti ini berada di area kompleks 17×15 meter. Prasasti ini pertama kali diteliti pada tahun 1806 oleh cetakan tangan dari University of Leiden di Belanda.
Prasasti ini adalah salah satu peninggalan Kerajaan Pajajaran, yang berasal dari abad ke-11 hingga ke-16 dengan gaya Hindu. Prasasti ini ditulis di atas batu bertingkat, sejenis batu yang terletak di sepanjang Sungai Cisadane.
Harap dicatat bahwa prasasti ini ditulis dalam bahasa Pallawa dan bahasa Sansekerta digunakan. Prasasti tersebut berasal dari Prabu Surawisesa, penguasa kerajaan. Prasasti ini dikatakan sebagai tujuan pembuatannya untuk menyoroti layanan Siliwangi Prabu, yang tidak lain adalah ayah dari Prabu Surawisesa. Para ahli juga menduga bahwa prasasti ini dibuat setelah kematian Raja Siliwangi.
Selain pendapat di atas, ada versi lain yang menyatakan bahwa tujuan membuat prasasti ini adalah bentuk pertobatan Surawisesa prabus yang tidak mampu melestarikan seluruh wilayah Pakuan Pajajaran. Ketidakmampuan Prabu Surawisesa adalah bahwa pada saat itu pasukan yang ia pimpin dalam pertempuran kalah ketika mereka berperang dengan Kesultanan Cirebon, yang mengakibatkan pembebasan sebagian wilayah dari Kerajaan Pajajaran.
-
Prasasti Huludayeuh
Prasasti ini terletak di Desa Huludayeuh, Desa Cikalahang, Kecamatan Dukupuntang, Cirebon. Pada dasarnya, prasasti ini telah dikenal oleh penduduk setempat sejak lama, tetapi para sejarawan dan arkeolog baru tahu tentangnya pada 11 September 1991.
Isi prasasti ini mengandung 11 baris teks dalam bahasa Sunda Kuno. Prasasti ini pertama kali ditemukan dalam kondisi yang tidak utuh, sehingga beberapa karakter akan hilang. Meskipun ada beberapa yang kurang luas, prasasti dari Sri Maharaja Ratu Haji ini di Pakwan Sya, Ratu Para Dewa, menceritakan apa yang terkait erat dengan upaya negara untuk makmur. Prasasti itu sendiri diukir di batu alam setinggi 75 cm, lebar 36 cm dan tebal 20 cm.
-
Prasasti Ulubelu
Prasasti Ulubelu adalah salah satu prasasti menurut sejarawan termasuk peninggalan Kerajaan Sunda pada abad ke 15 Masehi. Prasasti ini ditemukan di Ulubelu, Desa Rebangpunggung, Kota Agung, Lampung, pada tahun 1936. Prasasti Ulubelu yang ditemukan kemudian disimpan di Museum Nasional dengan nomor inventaris D.154.
- Isi Prasasti
Prasasti ini berisi informasi tentang mantra bahwa Dewa Wisnu, Siwa, Brahma dan juga para dewa yang mengendalikan tanah, air dan pohon meminta bantuan. Hal ini diyakini untuk memastikan keselamatan musuh yang berniat melakukan kejahatan.
- Skrip Tulisan
Ada sejarawan yang percaya bahwa aksara pada prasasti ini adalah aksara Sunda lama. Karena itu, prasasti ini dianggap sebagai peninggalan yang berasal dari Kerajaan Sunda. Pendapat sejarawan itu diperkuat oleh fakta bahwa Kerajaan Sunda juga termasuk wilayah Lampung.
- Bahan Pelabelan
Prasasti ini ditulis dengan bahan batu alam kecil. Tulisan pada prasasti ini sangat kecil dan dalam kondisi rusak. Selain itu, ada jeda di tengah-tengah prasasti, tetapi aksara Sunda tua yang tertulis pada prasasti itu masih bisa dilihat.
-
Prasasti Kebon Kopi II
Prasasti ini adalah salah satu peninggalan kerajaan Sunda Galuh, yang posisinya tidak jauh dari prasasti Kebon Kopi I. Sebelum prasasti ini hilang, seorang ahli bernama F.D.K. Bosch diperiksa. Peneliti menjelaskan bahwa ada tulisan Melayu kuno dalam prasasti yang menceritakan kisah seorang raja Sunda yang telah memperoleh kembali tahtanya.
-
Situs Karangkamulyan
Situs ini adalah situs bersejarah kuno di Cijeungjing, Ciamis, Jawa Barat, lebih tepatnya di desa Karangmulyan. Situs ini adalah peninggalan Kerajaan Galuh dalam gaya Buddha Hindu.
- Legenda Situs Karangkamulyan
Halaman Karangmulyan menceritakan tentang Ciung Wanara, yang memiliki hubungan dengan Kerajaan Galuh. Legenda ini bercerita banyak tentang kekuatan dan kekuatan supernatural yang pastinya bukan milik orang awam.
Kisah Ciung Wanara adalah kisah yang sangat menarik yang perlu diperdalam. Pada zaman kuno ada seorang raja Galuh bernama Prabu Adimulya Sanghyang Cipta Permanadi Kusumah yang memiliki dua permaisuri, yaitu Dewi Pangrenyep dan Dewi Naganingrum.
Ketika akhir sudah dekat, Prabu membuang dirinya dengan kekuatan yang telah diberikan kepada Gubernur Bondan Sarati karena Prabu tidak memiliki keturunan permaisuri pertamanya, dewi Naganingrum. Ketika kekuasaan Raja Bondan diberikan, termasuk raja-raja yang tidak peduli dengan bangsanya.
Dalam kuasa Tuhan, dewi Naganingrum kemudian diberi seorang putra bernama Ciung Wanara. Ciung Wanara kemudian menjadi penerus Kerajaan Galuh dengan sistem kerajaan yang adil dan bijaksana.
- Proses Investigasi
Berdasarkan penyelidikan oleh tim arkeologi dari Balar, yang dilakukan oleh Dr. Toni Jubiantoro diperintahkan, situs Karangmulyan ditemukan sebagai peninggalan pertama kerajaan Galuh. Di daerah di mana situs itu berada, disimpulkan bahwa kehidupan dimulai pada abad ke-9, yang dapat dilihat dari penggalian dalam keramik Dinasti Ming.
- Zonasi
Lokasi ini merupakan lokasi yang sangat strategis karena berbatasan dengan pertemuan Sungai Cimuntur dan Citanduy. Karena ini adalah warisan sejarah dengan nilai-nilai yang sangat berharga, daerah ini telah ditetapkan sebagai warisan budaya oleh pemerintah Indonesia.
-
Prasasti Cikapundung
Prasasti ini adalah peninggalan dari Kekaisaran Sunda. Prasasti ini ditemukan pada tahun 1884 di daerah perkebunan kina Cikapundung-Ujungberung. Saat ini, prasasti pada patung Cikapundung dengan nomor inventaris 479c / D184 disimpan di Museum Nasional. Prasasti ini diukir pada patung megalitik (batu besar).
Prasasti ini berisi beberapa gambar seperti wajah, telapak tangan dan telapak kaki. Dalam prasasti ada juga 2 baris huruf Sunda tua dengan kata-kata “unggal jagat jalmah hendap”, yang berarti bahwa semua orang di dunia ini dapat mengalami setiap peristiwa. Berdasarkan pendapat peneliti arkeologi Bandung, Lutfi Yondri, ia menjelaskan bahwa prasasti tersebut adalah prasasti Cikapundung.
-
Prasasti Perjanjian Sunda-Portugis
Prasasti ini adalah prasasti dalam bentuk monumen batu (Padrão). Prasasti ini ditemukan di Batavia (Hindia Belanda) tepatnya pada tahun 1918. Prasasti ini menggambarkan perjanjian antara Kerajaan Sundanesia dan Kerajaan Portugal yang disimpulkan oleh komisioner perdagangan Portugis dari Malaka dan pemimpin mereka Enrique Leme. Padrão sendiri dibangun di atas sebidang tanah yang ditunjuk sebagai area untuk pembangunan gudang dan benteng untuk Portugis.
Untuk menemukan prasasti itu sendiri, sebuah gudang dibangun di sudut Prisentraat, yang sekarang telah menjadi jalan anyelir, dan denyut nadi Gronestraat diubah menjadi masa-masa indah I Timur, yang dimasukkan ke dalam wilayah Jakarta Barat. Replika itu sendiri dipamerkan di Museum Sejarah Jakarta.
-
Prasasti Pasir Datar
Prasasti oleh Pasir Datar adalah salah satu peninggalan Kerajaan Pajajaran. Prasasti Pasir Datar pertama kali ditemukan di perkebunan kopi di Pasir Datar di desa Cisande, Kec, Cicantayan, Kab. Sukabumi tepatnya pada tahun 1872. Menurut N.J. Krom, salah satu sejarawan Belanda, memiliki prasasti ini di Museum Nasional di Jakarta.
Prasasti ini terdiri dari bahan-bahan dasar dari batu alam. Prasasti oleh Pasir Datar masih harus ditranskrip sampai konten dan makna prasasti dapat ditemukan.
-
Kompleks Makom Keramat
Kompleks Makom Keramat juga termasuk peninggalan dari kerajaan Pajajaran. Di makam ini adalah makam Ratu Galuh Mangkualam, istri kedua Sri Baduga Maharaja, juga dikenal sebagai Prabu Siliwangi, salah satu raja dari Kerajaan Pajajaran. Makam ini terletak di Kebun Raya Bogor, di desa Paledang di pusat Kabupaten Bogor di Kota Bogor, Jawa Barat.
Makam Ratu Galuh Mangkualam ada sebelum Kebun Raya Bogor dibuat. Dalam penyelidikan lebih lanjut, kuburan itu berusia sekitar 600 tahun. Jika Anda melihat lebih dekat pada makam Ratu Galuh, Anda akan melihat replika emas dan mahkota semen, menunjukkan bahwa sang ratu berada dalam posisi di masanya.
Bukan hanya makam Ratu Galuh, tetapi Mbah Jepra, salah satu panglima perang Pajajarian dan pendiri desa Peledang, dan Mbah Baul, gubernur Prabu Siliwangi, adalah dua makam lain yang kita temukan di kompleks makam ini.
Demikian Penjelasan Pelajaran IPS-Sejarah Tentang 9 Peninggalan Kerajaan Pajajaran Beserta Gambarnya Lengkap
Semoga Materi Pada Hari ini Bermanfaat Bagi Siswa-Siswi, Terima Kasih !!!
Baca Artikel Lainnya: