Struktur Sosial

Assalammualaikum, Selamat datang di Kelas IPS. Disini Ibu Guru akan membahas tentang pelajaran Sosiologi yaitu Tentang “Struktur Sosial“. Berikut dibawah ini penjelasannya:

Fungsi Struktur Sosial

Pengertian Struktur Sosial

Struktur sosial berasal dari kata structum yang berarti menyusun, dalam membangun sebuah gedung dan lebih umum dipakai istilah konstruksi yang berarti kerangka. Kata konstruksi memang tidak lazim untuk bangunan masyarakat, sebagai istilah ilmiah dipakai kata struktur sosial.

Hal ini terjadi karena manusia mempunyai beragam kebutuhan yang terdiri dari kebutuhan ekonomi, politik, hukum, sosial, dan lain-lain, serta pemenuhan kebutuhan-kebutuhan itu pun juga beragam. Untuk memenuhinya, manusia memerlukan interaksi sosial dengan pihak lain atau lembaga yang menyediakannya. Interaksi sosial merupakan salah satu wujud dari sifat manusia yang hidup bermasyarakat.

Sebagai anggota masyarakat, manusia tertata dalam struktur sosial atau jaringan unsur-unsur sosial yang ada dalam masyarakat. Unsur-unsur itu mencakup kelompok sosial, kebudayaan, lembaga sosial, pelapisan sosial, kekuasaan, dan wewenang.

Kemudian, unsur-unsur tadi berhubungan dengan berbagai segi kehidupan, seperti ekonomi, politik, hukum, sosial dan lain-lain, serta saling memengaruhi. Misalnya, segi ekonomi selalu berhubungan dengan politik, segi politik selalu berhubungan dengan hukum, dan seterusnya.


Pengertian Struktur Sosial Menurut Para Ahli

Berikut ini terdapat beberapa pengertain menurut para ahli mengenai struktur sosial, adalah sebagai berikut:


  1. George C. Homan

Mengaitkan struktur sosial dengan perilaku elementer (mendasar) dalam kehidupan sehari-hari.


  1. Talcott Parsons

Berpendapat bahwa struktur sosial adalah keterkaitan antarmanusia.


  1. Coleman

Melihat struktur sosial sebagai sebuah pola hubungan antarmanusia dan antarkelompok manusia.


  1. Kornblum

Menekankan konsep struktur sosial pada pola perilaku individu dan kelompok, yaitu pola perilaku berulang-ulang yang menciptakan hubungan antarindividu dan antarkelompok dalam masyarakat.


  1. Soerjono Soekanto

Melihat struktur sosial sebagai sebuah hubungan timbal balik antara posisi-posisi sosial dan antara peranan-peranan.


  1. Abdul Syani

Melihat struktur sosial sebagai sebuah tatanan sosial dalam kehidupan masyarakat. Tatanan sosial dalam kehidupan masyarakat merupakan jaringan dari unsur-unsur sosial yang pokok, seperti kelompok sosial, kebudayaan, lembaga sosial, stratifikasi sosial, kekuasaan, dan wewenang.


  1. Gerhard Lenski

Mengatakan bahwa struktur sosial masyarakat diarahkan oleh kecenderungan panjang yang menandai sejarah.


Ciri-Ciri Struktur Sosial

Berikut ini terdapat beberapa ciri-ciri struktur sosial, adalah sebagai berikut:


  • Muncul pada kelompok masyarakat

Struktur sosial hanya bisa muncul pada individu-individu yang memiliki status dan peran. Status dan peranan masing-masing individu hanya bisa terbaca ketika mereka berada dalam suatu sebuah kelompok atau masyarakat.

Pada setiap sistem sosial terdapat macam-macam status dan peran indvidu. Status yang berbeda-beda itu merupakan pencerminan hak dan kewajiban yang berbeda pula.


  • Berkaitan erat dengan kebudayaan

Kelompok masyarakat lama kelamaan akan membentuk suatu kebudayaan. Setiap kebudayaan memiliki struktur sosialnya sendiri. Indonesia mempunyai banyak daerah dengan kebudayaan yang beraneka ragam. Hal ini menyebabkan beraneka ragam struktur sosial yang tumbuh dan berkembang di Indonesia.


  • Dapat berubah dan berkembang

Masyarakat tidak statis karena terdiri dari kumpulan individu. Mereka bisa berubah dan berkembang sesuai dengan tuntutan zaman. Karenanya, struktur yang dibentuk oleh mereka pun bisa berubah sesuai dengan perkembangan zaman.


Fungsi Struktur Sosial

Berikut ini terdapat beberapa fungsi struktur sosial, adalah sebagai berikut:


  1. Fungsi Identitas

Struktur sosial berfungsi sebagai penegas identitas yang dimiliki oleh sebuah kelompok. Kelompok yang anggotanya memiliki kesamaan dalam latar belakang ras, sosial, dan budaya akan mengembangkan struktur sosialnya sendiri sebagai pembeda dari kelompok lainnya.


  1. Fungsi Kontrol

Dalam kehidupan bermasyarakat, selalu muncul kecenderungan dalam diri individu untuk melanggar norma, nilai, atau peraturan lain yang berlaku dalam masyarakat. Bila individu tadi mengingat peranan dan status yang dimilikinya dalam struktur sosial, kemungkinan individu tersebut akan mengurungkan niatnya melanggar aturan. Pelanggaran aturan akan berpotensi menibulkan konsekuensi yang pahit.


  1. Fungsi Pembelajaran

Individu belajar dari struktur sosial yang ada dalam masyarakatnya. Hal ini dimungkinkan mengingat masyarakat merupakan salah satu tempat berinteraksi. Banyak hal yang bisa dipelajari dari sebuah struktur sosial masyarakat, mulai dari sikap, kebiasaan, kepercayaan dan kedisplinan.


Bentuk Struktur Sosial

Berikut ini terdapat beberapa bentuk struktur sosial, adalah sebagai berikut:


  • Kelompok Sosial

Kelompok sosial adalah kehidupan bersama manusia dalam himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia yang umumnya secara fisik relative kecil yang hidup secara guyub.  Ada juga beberapa kelompok social yang dibentuk secara formal dan memiliki aturan-aturan yang jelas. Berdasarkan struktur kelompok dan proses sosialnya, maka kelompok social dapat dibagi menjadi beberapa karakter yang penting.  Ada empat kelompok social yang dapat dibagi berdasarkan struktur masing-masing kelompok, di antaranya:


a) Kelompok Formal-sekunder

Kelompok Formal-sekunder adalah kelompok sosial yang umumnya bersifat sekunder, formal, memiliki aturan dan struktur yang tegas, serta dibentuk berdasarkan tujuan-tujuan yang jelas pula. Kelompok ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

  1. Adanya kesadaran anggota bahwa ia adalah bagian dari kelompok yang bersangkut.
  2. Setiap anggota memiliki hubungan timbal balik dengan anggota lainnya dan bersedia melakukan hubungan-hubungan fungsional diantara mereka.
  3. Setiap anggota kelompok menyadari memiliki faktor-faktor kebersamaan diantara mereka, di mana kebersamaan ini mendorong kohesifitas kelompok itu sendiri.
  4. Kelompok sosial ini memiliki struktur yang jelas dan tegas, termasuk juga prosedur suksesi dan kaderisasi.
  5. Memiliki aturan formal yang mengikat setiap anggota kelompok dalam struktur yang ada termasuk juga mengatur mekanisme struktur dan  sebagainya.
  6. Anggota dalam kelompok formal-sekunder memiliki pola dan pedoman perilaku sebagaimana diatur oleh kelompok secara umum.
  7. Kelompok sosial ini memiliki sistem kerja yang berpola, berstruktur, dan berproses dalam mencapai tujuan-tujuan kelompok.
  8. Kelompok sosial formal-sekunder memiliki kekuatan mempertahankan diri, mengubah diri (adaptasi), rehabilitasi diri, serta kemampuan menyerang kelompok lain.
  9. Kelompok sosial formal-sekunder memiliki masa (umur) hidup yang dikendalikan oleh faktor-faktor internal dan eksternal.

b) Kelompok Formal-Primer

Kelompok formal-primer adalah kelompok sosial yang umumnya bersifat formal namun keberadaannya bersifat primer.  Kelompok ini tidak memiliki aturan yang jelas, walaupun tidak dijalankan secara tegas.  Begitu juga kelompok sosial ini memiliki struktur yang tegas walaupun fungsi-fungsi struktur ini diimplementasikan secara guyub.  Terbentuknya kelompok ini didasarkan oleh tujuan-tujuan yang jelas ataupun tujuan yang abstrak.  Contoh dari kelompok formal primer adalah keluarga inti, kelompok kekerabatan dan kelompok-kelompok primordial.


c) Kelompok Informal-Sekunder

Kelompok Informal-Sekunder adalah kelompok sosial yang umumnya informal namun keberadaannya bersifat sekunder.  Kelompok ini bersifat tidak mengikat, tidak memiliki aturan dan struktur yang tegas serta dibentuk berdasarkan sesaat  dan tidak mengikat bahkan bisa terbentuk walaupun memiliki tujuan-tujuan yang kurang jelas.  Contoh kelompok ini adalah klik, kelompok persahabatan, kelompok anak muda (geng), kelompok percintaan (pacaran), dan semacamnya.


d) Kelompok Informal-Primer

Kelompok Informal-Primer adalah kelompok sosial yang terjadi akibat meleburnya sifat-sifat kelompok sosial formal-primer atau disebabkan karena pembentukan sifat-sifat di luar kelompok formal-primer yang tidak dapat ditampung oleh kelompok formal-primer.  Kelompok ini juga merupakan bentuk lain dari kelompok informal-sekunder terutama menonjol di hubungan-hubungan mereka yang sangat pribadi dan mendalam.

Selain empat tipe kelompok sosial di atas, tipe lain dari kelompok sosial dapat pula didasarkan atas jumlah (besar kecilnya jumlah anggota), wilayah (desa, kota, negara), kepentingan (tetap atau permanen atau sementara), derajat interaksi (erat atau kurang eratnya hubungan) atau kombinasi dari ukuran yang ada.

Pada umumnya kelompok sosial di atas adalah kelompok sosial yang teratur, artinya mudah diamati dan memiliki struktur yang relatif jelas.  Ada pula kelompok sosial yang tidak teratur, artinya sulit diamati strukturnya dan sifatnya sementara seperti kerumunan dan publik.

Kerumunan (crowd) merupakan kelompok manusia yang terbentuk secara kebetulan, tiba-tiba (suddenly) dalam suatu tempat dan waktu yang sama karena kebetulan memiliki pusat perhatian yang sama.  Pada kerumunan, umumnya tidak ada interaksi sosial di antara orang-orang, begitu juga di antara mereka tidak ada ikatan sosial yang mendalam walaupun mungkin memiliki perasaan yang sama dengan orang lain yang berada di tempat yang sama itu.

Sebagaimana kenyataannya, bahwa manusia pada awalnya lahir dalam kelompok formal-primer yaitu keluarga, di mana kelompok ini disebut sebagai salah satu dari jenis kelompok-kelompok kecil yang paling berkesan bagi setiap individu.

Isolasi kehidupan individu dalam keluarga tak bertahan lama, karena seirama dengan perkembangan fisik, intelektual, pengalaman dan kesempatan, individu mulai melepa hubungan-hubungan keluarga dan memasuki dan menyebar untuk menjalankan berbagai kegiatannya dan bertemu dengan manusia lain yang memiliki kesamaan tujuan, kepentingan, dan berbagi aspirasi lainnya.

Dalam proses pelepasan tersebut sehingga membentuk kelompok lainnya individu terus beradaptasi.  Di dalam kelompok, masing-masing anggota berkomunikasi, saling berinteraksi, saling pengaruh memengaruhi satu dengan lainnya.

Pergaulan dalam kelompok tersebut memengaruhi dan menghasilkan kebiasaan-kebiasaan yang melembaga agi setiap anggota kelompok, kebiasaan itu menciptakan pola perilaku yang dilakukan terus-menerus.  Perilaku yang sudah berpola-pola itu akan membentuk sikap setiap anggota kelompok.  Kebiasaan yang melembaga, perilaku, dan sikap tersebut berjalan secara simultan di antara individu dan kelompok.

Lebih jauh lagi proses sosial semacam ini oleh Berger dan Lukcmann katakan sebagai proses konstruksi sosial yang terjadi secara simultan dalam tiga proses, yaitu eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi.  Sehingga pada tahap berikutnya individu akan menginternalisasikan semua sikap dan perilaku yang diperoleh dari kelompoknya dalam kehidupan pribadinya.


  • Lembaga (Pranata) Sosial

Lembaga (pranata) sosial adalah sekumpulan tata aturan yang mengatur interaksi dan proses-proses sosial di dalam masyarakat.  Lembaga sosial memungkinkan setiap struktur dan fungsi serta harapan-harapan setiap anggota dalam masyarakat dapat berjalan, dan memenuhi harapan sebagaimana yang disepakati bersama.  Dengan kata lain lembaga sosial digunakan untuk menciptakan ketertiban (order).

Wujud konkret dari pranata sosial adalah aturan, norma, adat istiadat dn semacamnya yang mengatur kebutuhan masyarakat dan telah terinternalisasi dalam kehidupan manusia, dengan kata lain pranata sosial adalah sistem norma yang telah melembaga atau menjadi kelembagaan di suatu masyarakat.  Misalnya, kebutuhan orang  terhadap penyembuhan penyakit, menghasilkan kedokteran, perdukunan, penyembuhan alternatif.

Kebutuhan manusia terhadap pendidikan bagi anggota keluarganya, melahirkan pesanren, taman pendidikan bagi anggota keluarganya, melahirkan pesantren, taman kanak-kanak, sekolah menengah, perguruan tinggi, dan lainnya.  Kebutuhan akan mata pencaharian, menimbulkan sistem mata pencaharian pertanian, peternakan, koperasi, industri.  Kebutuhan manusia terhadap perkawinan, melahirkan sistem perkawinan dan keluarga.  Kebutuhan akan keindahan, menimbulkan kesusastraan, kesenian.  Kebutuhan kesehatan jasmani, menimbulkan lembaga pemeliharaan kesehatan, kedokteran kecantikan, dan lainnya.


  • Stratifikasi Sosial (Social Stratification)

Stratifikasi atau strata sosial adalah struktur sosial yang berlapis-lapis di dalam masyarakat.  Lapisan sosial menunjukkan bahwa masyarakat memiliki strata, mulai dari yang terendah sampai yang paling tinggi.  Secara fungional, lahirnya strata sosial ini karena kebutuhan masyarakat terhadap sistem produksi yang dihasilkan oleh masyarakat di setiap strata, di mana sistem produksi itu mendukung secara fungsional masing-masing strata.

Menurut Pitirim Sorokim yang dikutip dari Soekanto, Social Stratification adalah pembedaan penduduk dan masyarakat ke dalam kelas-kelas sosial secara bertingkat (Soekanto,2002:228), yaitu kelas-kelas tinggi dan kelas-kelas rendah.  Setiap masyarakat selalu mempunyai lapisan, mulai yang sederhana sampai yang rumit, tergantung dari teknologi yang dikuasai masyarakat tersebut.  Dalam masyarakat yang kompleks, maka perbedaan kedudukan dan peranan juga bersifat kompleks.

Secara umum, strata sosial di masyarakat melahirkan kelas-kelas sosial yang terdiri dari tiga tingkatan, yaitu atas (upper class), menengah (middle class), dan bawah (lower class).  Kelas atas mewakili kelompok elite di masyarakat yang jumlahnya sangat terbatas.  Kelas menengah mewakili kelompok profesional, kelompok pekerja, wiraswastawan, pedagang, dan kelompok fungsional lainnya.

Sedangkan kelas bawah mewakili kelompok pekerja kasar, buruh harian, buruh lepas, dan semacamnya.  Secara khusus, kelas sosial ini terjadi pada lingkungan-lingkungan khusus pada bidang tertentu sehingga content varian strata sosial sangat spesifik berlaku pada lingkungan itu.

Content varian lebih banyak menyangkut varian strata dalam satu lingkungan yang membedakannya dengan strata pada lingkungan lainnya.  Jadi, apabila kelas sosial di suatu lingkungan sosial menempati struktur strata yang paling tinggi belum tentu kelas yang sama terjadi pada strata sosial lainnya di tempat lain pula.

Kelas sosial dengan strata sosial tertentu adakalanya terbentuk dengan sendirinya, ada pula yang dibentuk berdasarkan hukumnya.  Strata kelas sosial yang terbentuk dengan sendirinya adalah berdasarkan pada kepandaian, tingkat umur, sifat keaslian keanggotaan kerabat, harta dalam batas-batas tertentu.

Sedangkan strata kelas sosial yang dibentuk berasarkan tujuan tertentu adalah seperti pemimpin dan yang dipimpin, yang memiliki kekayaan dan yang tidak, dan yang memiliki kekuasaan atau yang rakyat biasa.


Dasar pembentukan kelas sosial adalah (a) ukuran kekayaan; (b) ukuran kepercayaan; (c) besaran kekuasaan; (d) ukuran keselamatan; (e) ukuran ilmu pengetahuan dan pendidikan.


  • Mobilitas Sosial (Social Mobility)

Menurut Horton dan Hunt (Narwoko dan uyanto, 2004:188) mobiitas sosial dapat diartikan sebagai suatu gerak perpindahan dari suatu kelas ke kelas sosial lainnya.  Mobilitas bisa berupa peningkatan atau penurunan dalam segi status sosial dan (biasanya) termasuk pula segi penghailan yang dapat dialami oleh beberapa individu atau oleh keseluruhan anggota kelompok.

Dengan demikian, secara umum ada tiga jenis mobilitas sosial, yaitu gerak sosial yang meningkat (socal climbing), gerak sosial menurun (social sinking), dan gerak sosial horizontal.  Ketiga jenis mobilitas sosial ini dapat dialami oleh siapa saja dan kapan saja sesuai dengan bagimana seseorang mengekpresikan lingkungan sosial dan bagaimana lingkungan sosial mengekspresikan seseorang secara timbal balik.


  • Kebudayaan

Kebudayaan (culture) adalah produk dari seluruh rangkaian proses sosial yang dijalankan oleh manusia dalam masyarakat dengan segala aktivitasnya.  Dengan demikian, maka kebudayaan adalah hasil nyata dari sebuah proses sosial yang dijalankan oleh manusia bersama masyarakatnya.

Pernyataan di atas sejalan dengan selo Sumarjan dan Soelaiman Sumardi, bahwa kebudayaan sebagai hasil karya, rasa dan cipta masyarakat.

  1. karya, masyarakat menghasilkan material culture seperti teknologi dan karya-karya kebendaan atau budaya materi (fisik) yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai dan menundukan alam sekitarnya, sehingga budaya yang besifat fisik ini dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
  2. rasa, adalah spiriual culture (nonfisik) meliputi unsur mental dan kejiwaan manusia.  Rasa menghasilkan kaidah-kaidah, nilai-nilai sosial, hukum, dan norma sosial atau yang dsebut dengan pranata sosial.  Apa yang dihasilkan rasa digunakan untuk mengatur masalah-masalah kemasyarakatan.  Misalnya agama, kesenian, ideologi, kebatinan dsb.
  3. cipta merupakan immaterial culture yanng menghasilkan pranata sosial, namun caipta yang menghasilkan gagasan, berbagai teori, wawasan dan semacamnya yang bermanfaat bagi manusia.
  4. karsa adalah kemampuan untuk menempatkan karya, rasa, dan cipta, pada tempatnya agar sesuai dengan kegunaan dan kepentingan bagi seluruh masyarakat. Dengan demikian karsa adalah kecerdasan dalam menggunakan karya, rasa dan cipta secara fungsional sehingga menghasilkan sesuatu yang bermanfaat lebih bagi manusia dan masyarakat secara luas.

Unsur-Unsur Struktur Sosial

Berikut ini terdapat beberapa unsur-unsur struktur sosial, adalah sebagai berikut:

  • Adanya pengetahuan dan keyakinan yang dimiliki oleh para anggota masyarakat yang berfungsi sebagai alat analisis dari anggota masyarakat.
  • Adanya perasaan solidaritas dari anggota-anggota masyarakat
  • Adanya tujuan dan cita-cita yang sama dari warga masyarakat.
  • Adanya nilai-nilai dan norma-norma sosial yang dijadikan sebagai patokan dan pedoman bagi anggota masyarakat dalam bertingkah laku.
  • Adanya kedudukan dan peranan sosial yang mengarahkan pola-pola tindakan atau perilaku warga masyarakat.
  • Adanya kekuasaan, berupa kemampuan memerintah dari anggota masyarakat yang memegang kekuasaan, sehingga sistem sosial dapat berlanjut.
  • Adanya tingkatan dalam sistem sosial yang ditentukan oleh status dan peranan anggota masyarakat.
  • Adanya sistem sanksi yang berisikan ganjaran dan hukuman dalam sistem sosial, sehingga norma tetap terpelihara.
  • Adanya sarana atau alat-alat perlengkapan sistem sosial, seperti pranata sosial dan lembaga.
  • Adanya sistem ketegangan, konflik, dan penyimpangan yang menyertai adanya perbedaan kemampuan dan persepsi warga masyarakat.

Daftar Pustaka:

Alam S & Henry H, 2008, Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SMK dan MAK Kelas XI, Jakarta: Erlangga

Demikian Penjelasan Pelajaran IPS-Sosiologi Tentang Fungsi Struktur Sosial: Pengertian, Ciri, Bentuk dan Unsur

Semoga Materi Pada Hari ini Bermanfaat Bagi Siswa-Siswi, Terima Kasih !!!


Baca Artikel Lainnya:

5/5 - (5 votes)